Jangan Salah Pilih! Rasa, Warna, dan Khasiatnya Ternyata Beda Banget!

Kamu mungkin pikir semua garam itu sama. Putih, asin, dan bikin masakan jadi enak.
Tapi pernah nggak lihat garam warna pink di rak supermarket? Atau garam kasar yang mirip kristal? Itu bukan cuma soal gaya-gayaan buat masak lho, ada cerita, nutrisi, dan fungsi di balik setiap jenis garam. Dan kalau kamu sempat kepikiran apa perbedaan garam dapur dan garam laut? Mana yang lebih sehat: garam laut atau garam meja? Apa bedanya sea salt, table salt, dan pink salt? Yuk, kita bahas semuanya di sini.

1. Garam Dapur (Table Salt): Si Praktis dan Selalu Ada di Dapur

Jenis garam yang satu ini paling sering kamu temui di rumah. Bentuknya halus, cepat larut, dan mudah ditakar—nggak heran jadi andalan untuk masakan sehari-hari.
Garam dapur berasal dari tambang batuan garam yang diolah melalui proses pemurnian tinggi. Tujuannya memang untuk menghilangkan kotoran, tapi sayangnya, proses ini juga menghilangkan sebagian besar mineral alaminya. Sebagai gantinya, produsen biasanya menambahkan yodium untuk mencegah gangguan tiroid, serta zat anti-gumpal agar tidak lengket saat disimpan.

Kandungan nutrisi per 1 gram:

Cocok untuk: masakan harian, baking yang butuh takaran presisi, budget masak yang efisien.

Meski terlihat sederhana, garam dapur tetap punya peran penting di dapur—asal digunakan dengan bijak dan nggak berlebihan.

2. Garam Laut (Sea Salt): Lebih Alami, Lebih Berkarakter

Kalau kamu pernah lihat garam yang bentuknya lebih besar dan teksturnya sedikit flaky—itu kemungkinan besar adalah garam laut. Garam ini dibuat dari air laut yang diuapkan secara alami oleh panas matahari dan angin, tanpa melalui proses rafinasi berat seperti garam dapur. Karena minim proses, garam laut masih mengandung mineral alami seperti magnesium, kalsium, dan kalium—yang memberi rasa lebih kompleks dan sedikit “earthy” dibanding garam meja biasa.

Apa perbedaan garam dapur dan garam laut?
Garam dapur → hasil tambang, dimurnikan, ditambah yodium
Garam laut → dari air laut, diproses alami, mengandung lebih banyak mineral

Kandungan nutrisi per 1 gram (rata-rata):

Cocok untuk: finishing steak, taburan salad, camilan sehat (biar ada crunch yang satisfying!)
Selain lebih kaya rasa, tampilan kasar garam laut juga bikin plating makanan kamu kelihatan lebih estetik dan profesional.

3. Garam Himalaya (Pink Salt): Cantik, Alami, dan Kaya Mineral


Satu lagi garam yang sering bikin penasaran! Warna pink-nya yang cantik bikin dia sering tampil di dapur-dapur stylish dan produk makanan sehat.
Tapi bukan cuma tampilannya aja yang unik, garam ini berasal dari tambang garam kuno di Khewra, Pakistan, yang dulunya adalah laut purba yang mengering jutaan tahun lalu. Karena terjaga secara alami, garam Himalaya dipercaya lebih murni dan tidak terkontaminasi oleh polusi modern.

Diproses secara minimal tanpa tambahan bahan kimia, garam ini mengandung hingga 80+ jenis mineral mikro, termasuk zat besi, yang memberi warna pink-oranye khasnya.
Garam Himalaya sering disebut lebih sehat karena sifatnya yang lebih alami dan minim proses. Tidak seperti garam dapur yang dimurnikan secara ekstrem dan ditambah zat tambahan seperti yodium sintetis atau anti-gumpal, garam Himalaya tetap dalam bentuk aslinya—hanya diproses secara fisik tanpa bahan kimia. Selain itu, garam ini mengandung beragam mineral mikro seperti magnesium, kalsium, kalium, dan zat besi, yang memberi manfaat tambahan meski dalam jumlah kecil. Yang membuatnya makin istimewa, garam ini berasal dari laut purba yang sudah mengering jutaan tahun lalu, dan selama itu tersimpan dalam kondisi yang relatif steril dan bebas polusi. Kombinasi kemurnian alami, kandungan mineral, dan asal-usul geologis inilah yang membuat banyak orang menganggap garam Himalaya sebagai pilihan yang lebih sehat.

Kandungan nutrisi per 1 gram:

Cocok untuk: masakan sehat dan clean eating, lifestyle natural dan mindful, spa, lampu garam, dan dekorasi rumah.

Meskipun manfaat kesehatannya sering dibahas, penting untuk diingat bahwa semua garam—termasuk garam Himalaya—tetap tinggi natrium, jadi harus digunakan secukupnya. Tapi, dari segi nilai estetika dan kesan “alami”, garam ini memang juara!

4. Kosher Salt: Favorit Para Chef Profesional

Kalau kamu pernah lihat garam yang bentuknya agak besar tapi tetap ringan dan mudah diremukkan, kemungkinan besar itu adalah kosher salt. Namanya berasal dari proses “koshering” dalam tradisi Yahudi—yaitu teknik mengeluarkan darah dari daging sebelum dimasak. Tapi hari ini, kosher salt sudah jadi standar dapur professional karena bentuk dan rasanya yang lebih “terkontrol”.

Asal: Tambang garam batuan (sama seperti garam dapur)
Proses: Minim pemurnian, tanpa yodium
Tekstur: Kristal besar, ringan, mudah diremas
Rasa: Lebih “murni” karena tidak ada aftertaste dari bahan tambahan

Apa yang bikin kosher salt spesial? Kristalnya lebih besar dari garam dapur, jadi lebih mudah dicubit, disebar, dan dirasakan. Banyak chef menyukainya karena bisa memberi rasa yang konsisten tanpa bikin makanan keasinan. Selain itu, kosher salt tidak mengandung yodium tambahan, sehingga rasanya lebih netral dan cocok untuk berbagai jenis masakan.

Kandungan nutrisi per 1 gram:

Cocok untuk: seasoning daging dan ikan, teknik dry brining atau marinating, dapur profesional yang mengutamakan kontrol rasa

Buat kamu yang tertarik masuk dunia kuliner serius, kosher salt adalah salah satu jenis garam yang wajib dikenali. Karena di dunia profesional, rasa yang presisi dan teknik yang terkontrol adalah segalanya.

Sejumput Ilmu dari Sejumput Garam

Siapa sangka, bahan sederhana seperti garam bisa menyimpan begitu banyak ilmu—mulai dari asal-usulnya, proses pembuatannya, kandungan nutrisinya, sampai dampaknya terhadap rasa dan kualitas masakan. Dari garam dapur yang praktis, garam laut yang alami, garam Himalaya yang kaya mineral, hingga kosher salt yang jadi andalan dapur profesional, semuanya punya karakter unik yang bisa memengaruhi hasil akhir hidanganmu.

Kalau kamu tertarik dengan hal-hal kecil seperti ini dan ingin tahu bagaimana caranya menyulap bahan sederhana menjadi karya kuliner yang bermakna, maka kamu berada di jalur yang tepat untuk jadi chef masa depan.

Yuk, mulai langkah pertamamu di dunia kuliner bersama Program Culinary Arts PIB College.

Di sini, kamu nggak cuma belajar memasak, tapi juga diajak untuk mengenal bahan secara mendalam, memahami teknik dapur profesional, dan mengembangkan rasa peka terhadap kualitas serta estetika masakan. Karena di dunia kuliner, detail kecil seperti garam pun bisa menentukan kehebatan sebuah karya.

Daftar sekarang dan mulai perjalananmu jadi culinary expert bersama PIB College—kampus pariwisata terbesar dan terdepan di Bali.

Penulis: Stephanie Gunawan