Bayangin kamu baru aja mendarat di Bali. Tiket promo udah di tangan, itinerary udah rapi, dan kamera siap untuk menangkap momen sunset di Tanah Lot atau jalan-jalan santai di Ubud. Tapi tiba-tiba kamu merasa ada yang berbeda: jalanan lebih sepi, toko-toko banyak yang tutup, dan suasananya jauh lebih tenang dari biasanya. Selamat datang di perayaan Galungan!
Buat kamu yang belum familiar, Galungan adalah hari raya besar umat Hindu di Bali. Ini bukan festival meriah dengan parade musik dan pesta malam. Ini adalah momen sakral, penuh makna, dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Dan kalau kamu nggak tahu apa-apa soal Galungan, bisa-bisa kamu merasa liburanmu “gagal total” hanya karena semua tempat yang kamu rencanakan ternyata libur. Nah, biar nggak clueless dan bisa menikmati Bali dengan lebih dalam, yuk simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
- Galungan: Hari Raya Kemenangan Dharma Melawan Adharma
Galungan adalah hari di mana umat Hindu Bali memperingati kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan). Dalam kepercayaan masyarakat Bali, ini adalah saat di mana roh para leluhur turun ke bumi untuk diberi penghormatan oleh keluarga mereka. Masyarakat akan melakukan sembahyang di pura dan di rumah, serta menyiapkan banyak sesajen (banten) sebagai simbol terima kasih dan penghormatan.
Perayaan ini terjadi setiap 210 hari sekali menurut kalender Bali (Pawukon), dan selalu jatuh pada hari Rabu (Buda Kliwon Dungulan). Biasanya, suasana perayaan sudah mulai terasa 2-3 hari sebelumnya. Jadi, kalau kamu berada di Bali selama masa ini, jangan kaget kalau suasana berubah drastis.
- Banyak Tempat Tutup, Termasuk Warung dan Tempat Wisata
Kalau kamu berencana liburan saat Galungan, kamu perlu tahu satu hal penting: Banyak tempat tutup. Mulai dari warung makan lokal, toko oleh-oleh, hingga beberapa objek wisata bisa saja libur. Bahkan beberapa layanan transportasi dan ojek online juga bisa berkurang drastis.
Kenapa? Karena orang-orang Bali lebih memilih pulang kampung (mudik lokal) untuk berkumpul dengan keluarga dan mengikuti rangkaian upacara. Ini adalah waktu yang sangat personal dan sakral, jadi prioritas mereka bukanlah bekerja, melainkan ibadah dan keluarga.
Solusinya? Rencanakan dengan matang. Pastikan tempat yang ingin kamu kunjungi tetap buka, atau gunakan momen ini untuk staycation dan menikmati suasana Bali yang lebih tenang dan damai.
- Penjor: Bambu Cantik dengan Makna Spiritual Mendalam
Satu hal yang pasti mencuri perhatianmu saat Galungan adalah penjor, bambu tinggi yang didekorasi janur dan dipasang di depan rumah. Tapi ini bukan sekadar dekorasi, penjor adalah simbol gunung dan anugerah dari alam, serta bentuk penghormatan pada dewa dan leluhur.
Penjor biasanya dibuat dengan indah dan penuh detail. Setiap elemen di dalamnya punya makna. Mulai dari janur, hasil bumi, hingga simbol-simbol kecil yang menggambarkan kesuburan dan keseimbangan hidup. Ini adalah wujud nyata dari spiritualitas yang membumi di Bali.
Sebagai pendatang atau turis, jangan sekali-sekali menyentuh atau merusak penjor. Walaupun fotogenik, penjor bukan untuk bahan konten, tapi simbol ibadah. Hormatilah seperti kamu menghormati simbol agama di tempat lain.
- Kemacetan dan Aktivitas Desa Meningkat
Menjelang dan saat hari Galungan, jalan-jalan di desa-desa bisa menjadi padat karena banyak orang pulang kampung dan mobilitas meningkat untuk ke pura, ke rumah keluarga, dan menyiapkan upacara. Kamu bisa melihat banyak orang mengenakan pakaian adat, membawa sesajen, atau bahkan arak-arakan ke pura terdekat.
Kalau kamu menyewa motor atau mobil, pastikan kamu mengetahui waktu-waktu rawan macet (biasanya pagi sampai siang). Hindari melewati rute yang menuju pura besar saat jam sembahyang karena bisa sangat padat dan membuat kamu terlambat ke tujuan.
- Upacara Bukan untuk Ditonton, Tapi Dihormati
Banyak turis tergoda untuk memotret upacara-upacara keagamaan karena warnanya yang indah dan estetik. Tapi perlu diingat: ini adalah ibadah, bukan tontonan umum.
Kalau kamu ingin melihat prosesi upacara, lakukan dari kejauhan dan jangan mengganggu jalannya ritual. Jangan ambil foto dari jarak dekat, jangan pakai flash, dan pastikan kamu tidak berdiri di jalur prosesi. Kalau ingin mengambil gambar, sebaiknya minta izin terlebih dahulu dari pemuka adat atau warga setempat.
- Berpakaian Sopan Saat Mengunjungi Pura
Selama Galungan, banyak pura yang lebih ramai dari biasanya. Kalau kamu ingin mengunjungi pura atau melihat prosesi dari dekat, gunakan pakaian yang sopan. Idealnya, kamu mengenakan kain (kamen), selendang, dan atasan tertutup. Beberapa pura menyediakan kain dan selendang untuk pengunjung, tapi lebih baik membawa sendiri atau sewa dari tempat penyewaan terdekat.
Menghormati aturan berpakaian ini menunjukkan bahwa kamu menghargai budaya dan agama lokal. Ini juga akan membuatmu lebih diterima dan dihormati oleh masyarakat setempat.
- Suasana Bali yang Lebih Tenang dan Damai
Bali yang biasanya ramai dan penuh hiruk pikuk akan berubah jadi lebih tenang saat Galungan. Ini adalah kesempatan langka untuk merasakan sisi spiritual Bali yang jarang terlihat di balik gemerlap wisata. Jalanan desa dipenuhi penjor, suara gamelan terdengar dari kejauhan, dan aroma dupa menyelimuti udara pagi.
Kamu bisa memanfaatkan momen ini untuk refleksi diri, belajar tentang budaya lokal, atau sekadar menikmati waktu tanpa keramaian. Bahkan banyak wisatawan yang justru sengaja datang ke Bali saat Galungan untuk merasakan ketenangan dan keindahan spiritual yang tidak ada duanya.
Bonus: Jangan Lewatkan Hari Kuningan!
Sepuluh hari setelah Galungan ada Hari Raya Kuningan, yang menandai kembalinya roh leluhur ke alamnya. Di hari ini, suasana kembali meriah, sesajen didominasi warna kuning, dan masyarakat kembali ke pura untuk bersembahyang.
Kalau kamu stay cukup lama di Bali, pastikan kamu menyaksikan juga Hari Kuningan. Ini adalah penutup yang manis dari rangkaian spiritual yang panjang dan penuh makna.
Belajar Menghormati Lebih Penting dari Sekadar Liburan
Galungan adalah momen di mana Bali menunjukkan jati dirinya: spiritual, penuh cinta, dan sangat terhubung dengan alam serta leluhur. Sebagai turis atau pendatang, kamu nggak perlu takut atau merasa terganggu. Justru ini kesempatan emas buat kamu merasakan sisi Bali yang sebenarnya.
Dengan memahami Galungan, kamu bukan cuma jadi turis yang jalan-jalan, tapi juga tamu yang menghormati dan belajar. Dan siapa tahu, pengalaman ini bisa jadi salah satu momen paling berkesan dari liburanmu ke Pulau Dewata.
Selamat menikmati Bali saat Galungan. Hormati, hayati, dan rasakan maknanya!
Kalau kamu merasa terinspirasi dengan budaya Bali, suasana spiritualnya, dan ingin terlibat lebih dalam dalam dunia pariwisata, mungkin sudah waktunya kamu mempertimbangkan untuk belajar di bidang ini secara profesional. Di PIB College, kamu bisa belajar langsung di jantungnya industri pariwisata Indonesia. Dengan program unggulan seperti Manajemen Perhotelan, Event Management, Digital Business, hingga Culinary Arts, kamu nggak cuma belajar teori—tapi juga praktik langsung lewat fasilitas modern dan internship ke luar negeri. Siapa tahu, Galungan berikutnya kamu rayakan sebagai bagian dari perjalanan belajarmu sendiri di Bali!
Yuk daftar langsung sekarang di pro.pib.ac.id
Penulis: Stephanie Gunawan